expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 18 September 2013

Hikmah


Pak Tarjo adalah seorang pekerja keras, ulet, jujur dan sederhana berumur 40 tahun. Dibesarkan dilingkungan kampung yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan keagamaan membuat dirinya menjadi manusia yang selalu bersyukur atas apa yang telah dicapainya selama ini. Pak Tarjo sehari-harinya bekerja sebagai pembuat tahu dan di jualnya sendiri tahu-tahu itu di pasar Kecamatan yang jaraknya lumayan jauh dari kampungnya. Hidup dengan seorang isteri yng selalu setia dan sabar mendampinginya selama 15 tahun dan dua orang  buah hati yang selalu menjadi motivasi pak Tarjo untuk tetap eksis mejadi tulang punggung dan kepala keluarga agar anak-anak dan isterinya bisa hidup layak semestinya.


Seperti biasa pak Tarjo bangun pagi sekali setelah selesai shalat subuh dan mulai mengepak tahu-tahu yang di buatnya tadi malam untuk di jual ke pasar. "Alhamdulillah" dagangan tahu pak Tarjo selalu laris dan pak Tarjo mendapat untung yang lumayan sehingga mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke bangku SMP seperti sekarang.

Tepat pukul 6 pagi,Setelah menyantap sarapan yang telah disediakan isterinya beliau pun berangkat memikul tahu dagangannya dengan kalimat "Bismillahirrohmanirrohim". Biasanya pak Tarjo bila berangkat menuju pasar selalu menumpang angkutan umum milik pak Jarwo dan pak Jarwo adalah teman semasa sekolahnya dulu. Sayangnya angkutan umum pak Jarwo tidak melintas di kampung pak Tarjo karena jalan yang belum layak sehingga pak Tarjo harus menempuh jarak sekitar dua kilo untuk sampai di jalan raya yang beraspal. Pak Tarjo sebenarnya bisa mengandalkan jasa tukang ojek, tapi dengan pertimbangan olahraga dan berhemat maka pak Tarjo selalu berjalan menuju jalan raya yang ditempuhnya dengan waktu biasanya 45 menit dan angkutan umum pak Jarwo melintas di jalan raya itu biasanya pukul 7 pagi, kalaupun molor paling lama 15 menit. Kalau lihat siklus perjalanan pak Tarjo dan pak Jarwo jadi ingat pelajaran biologi di SMA dulu, Simbiosis Mutualisme, hubungan dua individu yang saling bergantung dan saling membutuhkan.

Tapi tiba-tiba di tengah perjalanan pak Tarjo kurang hati-hati hingga beliau terpeleset akibat jalanan yang basah dan licin setelah diguyur hujan malam tadi. Semua tahu dagangannya rusak dan tidak bisa dijual lagi. Akhirnya pak Tarjo pun pulang kembali ke rumahnya dengan baju kotor terkena lumpur dan tangan hampa krena tahu-tahunya tak sempat terjual. Sepanjang perjalanan pulang, pak Tarjo mengeluh dalam hati " Ya Allah...kenapa cobaan ini engkau timpakan  pada hamba ?".

Sampai dirumah isterinya kaget melihat suaminya bersimbah lumpur 
"Bapak kenapa ?" tanya isterinya
"Bapak jatuh tadi bu di tengah jalan, licin, maaf ya bu tahu semuanya rusak dan tidak sempat terjual" jawab pak Tarjo dengan sedih.
"Ikhlaskan saja pak, pasti ada hikmahnya, kan masih ada hari esok." kata isterinya menenangkan pak Tarjo tapi pak Tarjo tetap masih saja dongkol dengan kejadian yang dialaminya hari ini. Terpaksa pak Tarjo menghabiskan waktu seharian dirumah saja hari ini.

Besoknya, seperti biasa jam 6 pagi, pak Tarjo berangkat kembali menuju pasar untuk menjajakan tahu buatannya yang selalu laris. Jalanan kampung itu masih basah meski tak selicin kemarin sewaktu pak Tarjo jatuh tergelincir sehingga semua tahu dagangannya rusak dan tidak sempat terjual. Sesampainya di tepi jalan raya beliau istirahat sambil menunggu angkutan umum pak Jarwo lewat. 15 menit kemudian angkutan umum pak Jarwo belum datang. Pak Jarwo biasalah klo telat pikir pak Tarjo soalnya angkutan umum dari daerah situ yang melintas cuma dua. Milik pak Jarwo dan milik haji Sukri yang selalu dikemudikan anak mantunya, Nasir yang biasanya agak siang baru beroperasi. 15 menit berikutnya angkutan umum pak Jarwo belum juga nongol, pak Tarjo mulai gelisah. 30 menit pun berlalu pak Tarjo mulai tak sabar. 

Setelah 3 jam lebih menunggu pak Tarjo terlihat frustasi dan berniat kembali kerumah dengan kondisi tahu yang masih utuh ketika dari kejauhan tampak sebuah angkutan umum terlihat. Pak Tarjo menghela nafas panjang, pikirnya, jika ini pak Jarwo maka ini udah keterlaluan. Tapi semakin mendekat pak Tarjo jadi kurang yakin angkutan umum yang akan melintas ini milik pak Jarwo. Dan benarlah ketika sampai didepannya angkutan itu ternyata milik haji Sukri. Pikir pak Tarjo daripada pulang lagi hari ini dengan tangan hampa akhirnya diapun bertekad untuk tetap menuju pasar walaupun hari sudah siang.
"Tumben pak Tarjo baru kepasar, telat pak ?" Sapa Nasir, si sopir
"Bukannya telat dek, udah 3 jam saya menunggu tapi si Jarwo itu memang keterlaluan, gak biasanya dia begini." ungkap pak Tarjo dengan nada sedikit kesal.
"Loh ? pak Tarjo belum tahu toh ?"
"Tahu apa dek ?" pak Tarjo penasaran
"Mobil pak Jarwo kemarin nyungsep di kali muara depan gara-gara jalan licin dan remnya blong, pak Jarwo dan semua penumpangnya meninggal pak."
Mendadak lutut pak Tarjo terasa lemas. Perasaannya seketika limbung. Pak Jarwo yang bertahun-tahun dikenalnya selalu ramah dan murah senyum, selalu lima waktu tak pernah putus kok bisa mendapat musibah seperti itu. Tanpa sadar bibirnya bergetar berucap "Innalillahi wa innailahi roji'un". Semua yang bernyawa pasti akan mati tanpa terkecuali siapapun dia dan bagaimana pun caranya. Tiba-tiba pak Tarjo merasa bersalah sudah berperasangka buruk kepada pak Jarwo.
"Stop dek, stop!" sentak pak Tarjo padahal anngkutan itu sudah berjalan sekitar 2 kilometer.
"Loh ? Mo kemana pak ? kita kan belum nyampe ?" kata Nasir
"Saya turun disini saja dek, makasih" kata pak Tarjo. Pak Tarjo sangat merasa sedih dan bersalah. Dia berniat mengunjungi keluarga almarhum pak Jarwo untuk meminta maaf dan mendoakan beliau di kuburnya. Setelah angkutan itu berhenti pak Tarjo bergegas turun dan membayar ongkos tapi di tolak oleh nasir dan sambil mengucapak terima kasih pak Tarjo buru balik kanan ke arah kampungnya. Dia berpikir kalaulah pulang lagi hari dengan tangan hampa biaralah, rejeki selalu punya caranya sendiri untuk mendatangi kita tapi sahabat bertahun-tahun sanagt sulit ditemukan.

Tapi tiba-tiba ditengah jalan pak Tarjo terkesiap. Langkahnya terhenti mendadak. Dia jadi teringat seandainya kemarin dia tidak tergelincir dijalanan licin itu tentu dia salah satu penumpang yang menjadi korban kecelakaan itu. Terus bagaimana nasib isterinya yang ditinggalkannya ? Akan bekerja apa dia jika pak Tarjo tiada ? bagaimana pendidikan anak-anaknya ? Akankah berlanjut ? akhirnya dengan penuh haru pak Tarjo jatuh bersujud mengucap syukur. Ternyata tergelincirnya kemarin merupakan anugerah sekaligus peringatan tapi ditanggapinya dengan kesal dan dongkol.
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, tempat segala ketidak sempurnaan. Pak Tarjo mulai terisak. Sepi.  desau angin yang menerpa daun-daun saja yang terdengar.

Tidak tahu berapa lama pak Tarjo terduduk ditepi jalan raya itu setelah akhirnya dia pun berdiri dan beranjak. Keinginan untuk menyambangi rumah keluarga pak Jarwo semakin menggebu-gebu. Untaian kata-kata maaf harus disampaikan kepada keluarga almarhum agar tak menjadi beban. Dan tak henti-hentinya pak tarjo menucap syukur dengan derai airmata karena ternyata TUHAN masih memberi waktu padanya untuk menjalani hidup yang yang tak seorang pun bisa menduga akan seperti apa besok hidup ini.

Semoga cerita diatas menjadi inspirasi bagi kita untuk selalu bersyukur dan jangan berburuk sangka sebab dibalik setiap peristiwa pasti tersimpan hikmah. Wassalam




Tidak ada komentar:

Posting Komentar